Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Nasihat orang gila - Cerpen

Aku orang gila bersertifikat resmi. Segala hal yang berkaitan dengan kegilaan adalah milik dan duniaku. Cap sebagai orang gila, yang ditunjukkan orang-orang, melalui sikap dan ucapan mereka kepadaku, adalah bentuk apresiasi yang membanggakanku. Kalau ada orang gila di jalanan, atau orang mengaku gila tapi tak bisa menunjukkan sertifikat kegilaannya, maka belum sah secara hukum. Sebagai orang gila yang berbadan hukum, tentu saja aku mendapatkan hak  previlage,  istimewanya kemudahan akses memasuki semua lini kehidupan sosial dan politik.  Kadar gilaku berbeda dengan kebanyakan orang gila. Itu bisa kubuktikan dengan sertifikat gila yang kumiliki. Apa aku bangga dengan kegilaanku, yang sudah mendapat pengakuan secara nasional? Yaiyalah. Sertifikat yang kuterima dari Asosiasi Orang Gila sudah kubingkai dengan cantik di dalam kaca bening, kupajang di tembok ruang tamu rumahku, supaya mereka yang datang tahu siapa aku sebenarnya. O, ya hampir saja lupa, kegilaanku berci

Orang di Tugu Pancoran - Cerpen

Patung-patung di Jakarta punya cerita. Meski mereka berbeda wilayah kekuasan, sebenarnya masih bersaudara. Etnis dan tulang-darah mereka sama; terbuat dari perunggu, besi dan tembaga. Partikel jenis logam ini yang menjadikan patung di Jakarta mampu berdiri hingga ratusan tahun, sejak kolonial Belanda menguasai Batavia. Lelaki kusam dan rokoknya itu sudah kembali di tempatnya. Setiap hari sejak di PHK enam bulan lalu, dia berada di tempat itu, dengan tingkah yang sama. Dia menatap langit. Kakinya berdiri di bawah patung Tugu Pancoran. Sore itu hujan turun dan jalanan macet total akibat semua kendaraan mau lewat pada jam yang sama. Musim hujan di bulan April 2017 disertai badai. Ruas jalan di Jakarta menjadi lahan parkir kendaraan dan manusia. Lelaki itu terus menengadahkan kepalanya ke langit. Dia mencari-cari wajah patung yang diajaknya berbicara. Apapun yang terjadi dengan Jakarta, rapat malam ini harus kita tuntaskan. Ini sudah final. Tidak bisa menunggu persetujuan dew

Soal e-KTP

TIDAK ada yang lebih penting dan menakutkan penduduk Indonesia dibanding tidak punya Kartu Tanda Penduduk. Jamak juga disebut katepe , atau biasa ditulis KTP. Dia, KTP itu wajib dibawa orang dewasa, berdasarkan hitungan usia nasional, bukan secara hormonal.  Orang yang secara hukum agama Islam disebut sudah akil baliqh , sudah ‘mimpi basah’ berkali-kalipun, kalau belum cukup umur kata negara, minimal 17 tahun, nggak bakal dikasih KTP sama petugas kantor kelurahan. KTP menjadi gaya hidup sekaligus kebutuhan, selain sandang pangan dan papan. Tidak makan, tidak bersandang asal punya KTP masih memungkinkan untuk melanjutkan hidup. Tidak punya papan, kalau pegang KTP tetap bisa berteduh. Lepas dari itu semua, KTP adalah identitas sebuah bangsa. Yang tidak punya, patut dicurigai caranya berbangsa. Banyak orang yang menilai KTP sebagai simbol nasionalisme. Sehingga yang tidak punya KTP perlu diwaspadai nasionalismenya. Dalam tingkat sosial yang lebih tinggi lagi, tidak punya KTP

Film Night Bus: Malam jahanam sepanjang jalan

Perjalanan menuju kota Sampar malam itu berubah mencekam. Bus yang dikemudikan Amang dipaksa berhenti di setiap pos pemeriksaan di jalur konflik bersenjata. Beberapa penumpang tewas termasuk sang sopir, saat bus dikepung separatis Samerka (Sampar Merdeka). Bagudung, sang kernet berhasil membawa lari bus dari kepungan saparatis yang keji diketuai Jenderal Basir. Tak satupun penumpang mengira akan menghadapi kekacauan tersebut. Bus malam berisi setengah dari kapasitas kursi. Ada Yuda seorang wartawan (diperankan Edward Akbar), Umar orang kaya di kampung (Torro Margens), pengamen tunanetra (PM Toh), anggota LSM, seorang penyusup misterius, nenek Nur dan Leyla cucunya, gadis Annisa dan pemuda pacarnya, serta seorang perempuan yang kemudian diketahui sebagai korban konflik; ayahnya dibunuh dan dia sendiri diperkosa secara massal.     Film Night Bus dikupas bergaya thrailler yang menegangkan oleh sutradara Emil Heradi. Suguhan cerita, terutama faktor sulitnya syuting di ruanga

Perempuan yang selalu tersenyum di kereta - Cerpen

KALAU tidak ada teman diajak bicara di kereta, aku lebih suka membuka handphone . Semua ada di alat komunikasi mutakhir bernama telepon pintar atau smartphone itu. Semua orang rasanya punya dan selalu membawanya. Malam saat penumpang didera lelah dan kantuk, mereka punya alasan untuk terlihat sibuk dengan telepon selularnya masing-masing. Sebagian dari penumpang ada yang berusaha menyembunyikan letihnya, dengan menampilkan wajah merona dan tersenyum. Tapi senyum itu bukan untukku, melainkan untuk telepon di genggamannya. Mungkin dia mengajak ngobrol pacarnya, teman dekat, suami, istri, anak atau siapapun di telepon itu. Mana kutahu?   Tidak sedikit penumpang yang memaksakan diri supaya terlihat manis dan ganteng. Padahal dari tadi kulihat mereka menguap berkali-kali. Ada juga yang senyumnya manis dan asli. Jika ada yang seperti itu, mata jadi malas terpejam. Malam itu kereta listrik yang kutumpangi siap berangkat dari stasiun Manggarai ke Bekasi. Di saat melangkah masuk

Kenyataan itu aku - Cerpen

Setelah menerima email dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Zagreb, Kroasia sebulan yang lalu, semalam dia ditelepon oleh seorang petugas KBRI Beograd, ibukota Serbia. Sang petugas memperkenalkan diri melalui pesan Whatsapp , yang diakhiri minta izin menelepon. Ini seperti sebuah canda tetapi serius. Kenyataan kadang unik, dan terkadang menggetarkan. Dia tercenung setelah si penelopon mengucapkan salam dan terimakasih. Malam di Indonesia jam 23.00 WIB sedangkan di Beograd lebih lambat 6 jam. Dia bertanya-tanya dalam hati, dan memorinya melompat ke masa lalu. Apakah dia dipermainkan oleh harapan manis ataukah kenyataan? *** Siapa pun tidak mengira jika anak laki-laki yatim yang nakal di masa kecilnya itu sering menyendiri. Bukan karena dia ingin, tapi situasi yang membuatnya begitu. Sampai pada suatu hari, saat dia menyendiri, jiwanya tergerak untuk melompat keluar dari jendela kamar di lantai atas rumah pakdenya. Bukan, bukan ingin bunuh diri, tapi da

10 Tahun Setelah Chrisye Pergi

Menghidupkan kembali Chrisye Penyanyi Chrisye wafat pada 30 Maret 2007 silam, namun tidak pernah benar-benar pergi. Setidaknya hal itu yang dirasakan oleh para penggemarnya. Bahkan, seorang penggemarnya tetap setia 'menemani' setelah 10 tahun kepergian sang idola... Penggemar itu mengistimewakannya dengan membuatkan memorabilia , sebuah buku tentangnya. Ini adalah kali kedua bagi Ferry Mursyidan Baldan, mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional pada kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo membuatkan buku untuk Chrisye. Yup, penggemar fanatik penyanyi Chrisye tak lain adalah Ferry Mursyidan Baldan. Gagasannya untuk membuat buku Chrisye mendapat repons dari wartawan senior, Nini Sunny. Kemudian mereka bekerjasama merealisasikan gagasan tersebut. Sebagai buku bacaan populer yang merangkum hampir seluruh artikel dan foto-foto yang pernah dimuat di berbagai media cetak di Indonesia, 10 Tahun Setelah Chrisye Perg

Film Labuan Hati: Saat bercermin pada alam

Bia, Maria dan Indi dalam film Labuan Hati Tentang tiga perempuan pernah dibuat oleh sutradara Lola Amaria di film Kisah 3 Titik (2013). Kini di film Labuan Hati (2017) , tiga perempuan dihadirkan dengan tokoh dan suasana berbeda.  Bertutur lugas dan kritis, terkadang puitis adalah ciri dialog-dialog dalam film Lola Amaria. Semangatnya sama; menebalkan kesadaran akan kekuatan perempuan... Panorama alam Labuan Bajo dan Pulau Komodo yang memanjakan mata dijadikan bingkai film, yang menarasikan persoalan klasik kaum perempuan. Bia, Indi dan Maria berusaha melepaskan penatnya kehidupan cinta. Mereka membawa persoalan sendiri-sendiri.  Sebenarnya drama percintaan cukup generik dalam kebanyakan cerita film, termasuk yang ditulis oleh Titien Wattimena untuk film Labuan Hati. Hanya saja, Lola Amaria sebagai sutradara dan produser berhasil meracik dengan sentuhan berbeda, terutama dalam memanfaatkan pesona alam serta kedalaman laut yang biru. Eksplorasi kawasan wisata seba