Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Menangis dan Tertawa Untuk "A Man Called Ahok"

Seberapa greget, lo?  Gue mau nonton A Man Called Ahok, belum masuk bioskop sudah ada yang nangis..                             *** Film A Man Called Ahok ( AMCA ) tembus 1.009.303 penonton dalam hitungan sepekan (17 November 2018). Film biopik tentang masa remaja Basuki Tjahaya Purnama -- Gubernur DKI Jakarta yang dijatuhkan secara politik -- arahan sutradara Putrama Tuta ( Catatan Harian si Boy, Pintu Harmonika, Noah Awal Semula ) itu merupakan rival keras film Hanum dan Rangga, yang   di bully oleh   netizen akibat ulah Hanum Salsabiela Rais selaku penulis, yang menggiring persaingan kedua film ke ranah politik. Hanum adalah anak biologis politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Dia juga mewarisi darah ideologis politik orangtuanya. Sehingga, film garapan sutradara Benni Setiawan itu 'terbentur' urusan politik. Beberapa pekan sebelum film tayang, Hanum terjebak isu menyebarkan hoax dalam kasus 'pemukulan' Ratna Sarumpaet salahsatu anggota tim kampa

Wisata Kelana "Glamping Lakeside" Rancabali

Hembusan angin dan gerimis pukul 04.30 WIB hari itu seperti menampar-nampar terpal dinding tenda ( dome ) tempat saya dan beberapa teman bermalam. Situasi itu memaksa kami terbangun satu persatu. Di layar smartphone saya lihat suhu udara "10 derajat Celcius". Tenda berkapasitas huni 12 orang itu berukuran cukup luas sekitar 12 m x 10m. Di dalamnya terdapat 4 kasur yang cukup besar, bantal dan selimut.  Tenda yang saya huni adalah satu dari 8 tenda di tepi danau Desa Rancabali, Bandung, Jawa Barat. Kawasan ini dikenal sebagai destinasi wisata Glamping ( Glamourous Camping ) Lakeside Rancabali. Meski berupa tenda, fasilitasnya setara hotel bintang tiga bahkan bintang lima. Itulah mengapa tempat ini dinamakan kawasan wisata kelana ( nomadic tourism ). Lokasinya jauh di pelosok gunung, jauh dari keramaian, menyatu dengan alam yang masih asri dan perawan. Jika malam dan langit sedang cerah, bintang terlihat dekat. Di sisi lain, terlihat siluet gunung seperti mene

Putri Kampus Yang Tercecer

Setiap pagi pada semester awal ini, tugasku bertambah dan agak rutin; mengantar anak kedua (cewek) kuliah. Anak pertama, laki-laki sudah siap bikin skripsi. Dia membawa motor sendiri sejak awal kuliah di Jakarta Selatan. Anak ketiga, perempuan kelas III SD. Sebenarnya ada banyak angkutan alternatif untuk sampai kampus, seperti angkot, metromini, ojek online, busway, dan kereta commuterline. Hanya saja, soal waktu tempuh sulit diprediksi dan keburu lelah di jalan sebelum mencerna pelajaran. Lagi pula, pagi hari aku tak banyak aktivitas kecuali mencatat, menulis sesuatu. So, mari papa antar kau ke kampus. Si putri kampus belum sempat bikin SIM. Jarak dari rumah ke kampus di Rawamangun relatif dekat, rata-rata 2 jam pergi-pulang.  Hanya perlu kesabaran jika terpaksa melintasi macetnya Jalan Raya Cakung yang sedang dalam pembangunan jalan layang.  Sejak dua tahun terakhir, bangunan bahu jalan dari arah Kota Harapan Indah - Pulogadung dan sebaliknya bikin semua pelintas jalan