Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Politik kecil wartawan tengil

Ngopi di Manggar, Belitung tahun 2011 Pada hari saya bertemu Andrea Hirata, novelis terkenal bertopi baretta di Bumi Laskar Pelangi, Belitung, itu pertemuan kesekian kalinya dengan si Ikal dalam cerita novel Laskar Pelangi karyanya yang sangat monumental. Novel itu menggerakkan hampir seluruh sudut kehidupan negeri, pasca difilmkan oleh Riri Riza dibawah perusahaan Miles Films milik Mira Lesmana. Seperti bola salju, hasil buah pikir dan endapan hati Andrea Hirata itu menggelinding bertenaga, menyumbangkan kebanggaan. Dan tentu saja pemerintah kota Belitung rela membukakan pelabuhan khusus bernama Pelabuhan Laskar Pelangi di Tanjung Pandan. Sehari setelah peresmian pelabuhan pada Sabtu, 11 Juni 2011, Andrea Hirata mengajak wartawan film dan kebudayaan. Saya diundang oleh penerbit buku, dan ikut menapaktilasi lokasi syuting film Laskar Pelangi di pantai Kelayang, serta menikmati hangatnya kopi Manggar di malam hari. Jamuan itu mengesankan, tapi saya lebih terkesan dan terke

Murka tetua adat Kampung Melo, Manggarai-NTT

Rumah adat Melo milik tetua adat, Yosep Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki pesona wisata yang terkenal hingga manca negara yaitu Pulau Komodo (Taman Nasional Komodo) dan Labuan Bajo, surga bagi penikmat wisata alam bawah laut. Selain kedua nama populer tersebut, ada kawasan yang tidak kalah memikat yaitu Kampung Adat Melo berjarak sekitar 40 km dari Labuan Bajo. Letak geografis Kampung Adat Melo berada di pegunungan dengan suhu udara antara 10 sampai 20 derajat. Kondisi ini lebih sejuk daripada suhu di NTT pada umumnya berkisar 33 hingga 34 derajat. Yosep menjaga adat hingga nanti Banyak hal menarik dari Kampung Adat Melo selain bangunan rumah panggung yang dihuni warganya. Di saat tertentu, tujuan wisata yang telah ditetapkan sebagai "Kampung Adat" ini menampilkan atraksi budaya, kerajinan tradisional tenun kain sarung, peci, tas serta makanan khas Manggarai.  Kampung Adat Melo berada persis di Desa Liang Ndara, K

Sok kenal Najwa Shihab

Sebuah foto bukanlah gambar statis tak bermakna. Dia bisa jadi alat ukur derajat keakraban atau  chemistry seseorang pada orang lain di dalam satu frame .     Saya sering melihat pada berbagai kesempatan orang minta foto bareng tokoh atau selebriti, kemudian mengunggah foto itu ke media sosial. Bahkan yang lebih ekstrim, ada yang memakainya sebagai foto profile akun medsos dan Whatsapp .  Memamerkan foto sendiri atau bersama selebriti di medsos, pada kadar tertentu  dianggap bentuk kelainan jiwa narsisisme . Agama menyebut itu 'riya. Pamer ingin dipuji orang. Yang lain mengatakan, pamer foto pribadi di medsos, artinya mengkurasi kehidupan diri. Buat saya monggo aja selama tidak merugikan orang lain. Berfoto dengan siapapun, dimanapun adalah ekspresi pergaulan sosial jaman kiwari. Sebuah foto bahkan mampu bercerita.  Anggapan itu benar meskipun jika foto tanpa disertai teks, biasanya cuma bisa dikonsumsi oleh pemiliknya. Sebaliknya, cerita tanpa

Berwisata ke Pulau Bokori di Kendari

Satu dari beberapa pulau kecil di kota Kendari, Sulawesi Tenggara menawarkan keindahan. Namanya Pulau Bokori. Pertamakali pada bulan Mei 2016 saya dengar nama itu. Sotoy saya mwnduga, pasti itu nama seorang laki-laki, semisal Bukhori atau sejenisnya, si pemilik pulau yang tenang dikepung laut biru itu. Ternyata saya salah. Sebutan nama pulau Bokori berasal dari bahasa Suku Bajo -- yang sempat bermukim selama puluhan tahun di sana. Asal katanya "boko" yang artinya penyu. Mungkin, dulunya banyak hewan laut penyu di kawasan seluas 18 hektar tersebut. Kedatangan saya ke Pulau Bokori tanpa perencanaan. Kunjungan itu cukup mendadak, untuk menghabiskan sisa waktu di hari terakhir menghadiri kegiatan sosialisai "sensor mandiri" oleh Lembaga Sensor Film (LSF) di Kendari. Saya bersama beberapa staf sekretariat LSF mengatur waktu secara mandiri untuk menikmati spot kawasan wisata terdekat dari Kendari. Masalah waktu harus kami perhitungkan, agar tidak terl