Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Resolusi Adalah Perjalanan

Kaki peserta triathlon di Sungai Siak, Pangkal Pinang 2015. (tis)   Banyak orang menancapkan resolusi di setiap pergantian tahun. Saya berasumsi, resolusi menjadi semacam kredo, doa dan harapan sekaligus janji hati bagi banyak orang yang merasa wajar jika itu diviralkan di media sosial. Sementara ada yang bilang lebih afdhol jika doa dibiarkan mengendap di lubuk hati? Ibarat ide, resolusi punya hak privacy. Mungkin pemikiran ini terlalu berlebihan, lebay .. Ok , saya bukan kaum pencatat kehidupan pribadi yang baik. Setiap tahun sepertinya lewat begitu saja tanpa catatan. Seperti angin di bulan Desember yang sejuk bergerimis, suasana itulah yang secara alami tercatat dalam memori saya. Hidup adalah proses yang harus dinikmati dan dihayati. Begitu saya menimbang rasa. Jika kita sibuk mencatat perjalanan, lalu apa manfaatnya perjalanan itu? So, saya harus menikmati semua ini.. Kalau tidak ada catatan sebagai evaluasi, mana tahu kita sudah bergerak atau diam di tempat? Mana tah

Perayaan Onde, Merawat Tradisi Kebersamaan

Tradisi "Patekoan", suguhan minum teh untuk masyarakat. (tis)  Gedung berusia sekitar 100 tahun itu dulunya apotek obat. Lalu berganti-ganti nama menjadi Pantjoran Tea House. Lokasinya persis di ujung Jalan Pantjoran, Glodok, Jakarta. Kedai atau warung penyedia minuman teh ini pada Sabtu (16/12/2017) sore dipenuhi para penikmat aneka penganan khas Cina di acara "Perayaan Onde" yang diinisiasi Kelompok Pecinta dan Pemerhati Bangunan Tua Nusantara (Kecapi Batara) dan Pantjoran Tea House. Perayaan onde diawali dengan doa tanda syukur dapat berkumpul dan meminta pada tuhan kelancaran acara. Ketua Kecapi Batara, Diyah Wara Restiyati menceritakan, Perayaan Onde biasanya jatuh setiap Desember pada tanggal 21 atau 22. Di Cina, perayaan ini dilakukan pada puncak musim dingin bersama keluarga. Kue onde bulat melambangkan keharmonisan, persatuan, kekeluargaan, solidaritas, dan kesetiakawanan. Membuat onde, memakan onde, dan berdoa bersama menjadi tradisi ora

FFI 2017 di Manado Berutang Pada 400 Undangan

Malam puncak Festival Film Indonesia (FFI) di Manado, Sulawesi Utara pada Sabtu (11/11/2017) malam berlangsung mulus dan manis. Namun ada catatan pahit dari gawe bersama Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, Pusat Pengembangan Perfilman dan Badan Perfilman Indonesia itu:panitia berutang kepada sekitar 400 undangan. "Seluruhnya ada 600an orang, termasuk dari Jakarta 400 undangan," kata Ketua Panitia FFI 2017, Leni Lolang tentang jumlah tamu malam puncak FFI, di tempat acara. Ke 400 orang undangan diberangkatkan oleh Pusbangfilm, berdasarkan masukan data dari Panitia Pelaksana FFI 2017. Mereka terdiri dari para artis pengisi acara, nominator, dewan juri, serta belasan wartawan. Nah, utang panitia FFI yang dimaksud pada awal tulisan ini merupakan kasus terunik dari pelaksanaan FFI yang selalu kisruh, tapi juga sangat diminati bahkan diperebutkan oleh masyarakat perfilman sendiri. Pemda Sulawesi Utara termasuk yang berminat mendatangkan FFI tahun ini. Sehari sebelumny

Tiket Nonton Film Dari Yahudi

Sobekan tiket nonton hari itu. Kebetulan dapat sama-sama di Studio Satu dan kursi no. 14 (tis)   Dua film besar saya tonton pada Rabu (5/12/2017) sore-malam itu tidak khusus bicara tentang Yahudi sebagai ras dan agama, tapi ada "benang merah" diantara keduanya, terutama ketika esok harinya Presiden Amerika Donald Trump menyatakan dengan gagah, bahwa Yerusalem -- yang selama ini diakui dunia sebagai bagian dari negara Palestina -- adalah ibukota Israel, negara pendatang yang puluhan tahun mengikis perlahan bumi Palestina. Dunia bereaksi keras atas pengakuan Tramp yang kontraproduktif bagi proses perdamaian. Kedua film yang saya tonton di dua bioskop (Cinema XXI Plaza Indonesia dan Djakarta Theatre)  itu adalah film nasional karya sutradara Guntur Soeharjanto Ayat Ayat Cinta 2 dan film internasional (impor) yang digarap Kenneth Branagh, sutradara merangkap pemeran utama film Murder on The Orient Express. Di AAC2 sosok Yahudi muncul pada tokoh nenek Caterine (diperan

Kultus Fahri di film "Ayat Ayat Cinta 2"

Poster film "Ayat Ayat Cinta 2" Fahri di film Ayat Ayat Cinta 2  berbeda dengan si Boy di film Catatan si Boy  (1987), meski sama-sama punya kharisma dan daya pikat yang membuat kaum hawa termehek-mehek ; ganteng, kaya, soleh, dan pintar. Tingkat kesalehan sosial mereka dipengaruhi budaya,  ruang dan waktu berbeda, si Boy di Indonesia dan Fahri di Edinburgh. Fahri sangat akademis di jalur yang cukup ketat terhadap norma-norma agama, dan membatasi hubungan antara lawan jenis. Pada scene tertentu, batasan norma tersebut dihajar juga. Ini bisa diasumsikan sebagai gimmick agar film yang sarat simbol dan nasihat agama tidak menjadi dogma membosankan. Boy bukan hanya kurang alim dibanding Fahri, tapi juga kalah secara finansial dan intelektulitas. Fahri punya toko dan dosen universitas terkemuka di luar negeri, tidak merokok, dan hafidz Alquran. Konsep cinta Fahri sangat menjunjung kesetiaan kepada Aisha, istrinya yang hilang di tengah kemelut politik di jalur Gaza

Fantastis! Inilah honor panitia FFI 2017

Aktris Christine Hakim usai menerima Piala Citra FFI 2017 katagori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik untuk film Kartini. (tis)                                                                  Puncak acara Festival Film Indonesia (FFI) selesai di kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (11/11/2017). Mungkin para sineas penerima Piala Citra FFI malam itu, saat ini sudah sibuk dan sedikit melupakan malam anugerah yang terlihat sangat garing itu. Dari tv plat di Press Room yang dingin dan sepi, saya menyimak penganugerahan FFI 2017 yang dipandu duet host komedian Denny Chandra dan Putri Indonesia, Kezia Warow. Ruang khusus wartawan peliput FFI ini terletak bersebelahan dengan auditorium Grand Kawanuwa International City Novotel Hotel, tempat FFI disiarkan langsung dan dipancarluaskan I-News TV, Global TV dan TVRI. Sebuah lorong membatasi Press Room dengan "studio" siaran FFI. Tapi cukup jelas terdengar dari kamar sebelah. Melalui akses sederhana inilah