Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Ketika Harus Bilang "Ya", Maka Rasakan Sensasinya

Ketika orang meminta kita mengerjakan sesuatu, itu adalah bentuk harapan dia terhadap kita. Lebih dari itu, saya anggap semacam doa. Maka, jangan ragu-ragu, iyain aja ! Aminkan. Beberapa kali saya diminta (didoakan) menyelesaikan sebuah tugas pekerjaan. Misalnya mengorganisir lebih dari satu bidang, yang melibatkan banyak orang. Sewaktu bekerja di Harian Terbit, pihak manajemen koran milik grup Poskota itu menugaskan saya secara estafet sebagai korektor, staf sekretaris redaksi, juru foto, penulis kolom ( Kopi Sore ), dan reporter . Bersama aktor Andi Arsyil jadi narsum diskusi "Kiat Menembus Pasar Internasional". Sebagai   reporter , saya diminta oleh redaktur yang sibuk nyambi di luar kantorl, agar saya menjaga rubrik sekaligus perwajahan ( lay out ) dua halaman rubrik Hiburan. Saya berkutat di desk hiburan mulai 1995. Jadi, selain menulis berita dari lapangan, saya juga kerjakan tugas redaktur yang ketika datang, dia tinggal kasih approavel sebelum

Ujian Penumpang Transjakarta di 'Jalur Neraka' Cakung

Siapa bilang naik busway Transjakarta nyaman? Cobalah tanya para penumpang moda transportasi modern itu, yang setiap hari melintasi 'jalur neraka', sepanjang jalan raya Cakung, Jakarta Timur. Tanyakan kepada mereka yang tidak dapat tempat duduk, seberapa nestapanya berdiri selama 2,5 jam tanpa dapat melakukan hal apapun, kecuali sabar dan bertahan. Seorang ibu membawa anak laki-lakinya berusia 8 atau 9 tahun, naik busway rute Asmi - Kota Harapan Indah pada hari Rabu (6/2/2019). Mereka berdiri sepanjang jalan macet. Suasana stagnan itu kerap terjadi hampir selama tiga tahun terakhir. Truk dan kontainer dari kawasan Industri Pulogadung bersemuka dengan truk kontainer dari kawasan pergudangan di Jalan Cacing (Cakung Cilincing). Kendaraan raksasa itu berebut tempat dengan mobil, dan motor di kawasan yang sedang dibangun infrastruktur jalan layang. Bagi warga kebanyakan, termasuk ibu dan anaknya tadi, naik busway merupakan pilihan satu-satunya yang terbaik. Busway

Syuting Bareng Tiga Wartawan Senior di Metro TV

Panelis Q&A: Sudjiwo Tejo, Bens Leo, saya, Maman Suherman, Mc Daddy, dan Indra Bekti.  Lantai 3 Studio Grand Metro TV pada Selasa (30/1/2019) siang mengingatkan saya pada artis musisi Ahmad Dhani, yang baru dipenjarakan atas kasus ujaran kebencian. Tujuh tahun lalu, di acara 8-Eleven pada 3 Maret 2011 saya bertemu  dengan boss Republik Cinta Management itu, di obrolan membahas kekerasan yang dilakukan Dhani pada juru kamera infotainment dari Global TV. Sehari sebelumnya, Dhani dipanggil oleh Dewan Pers. Diskusi hangat itu dipandu presenter cantik Marissa Anita dan si ganteng Tommy Tjokro. Saya diundang oleh Metro TV mewakili Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ditemani Eko Maryadi dari Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). Dhani mengaku tidak melakukan kekerasan seperti diberitakan media, dan dia punya tim infotainment sendiri yang dipeliharanya. Hanya saja tidak disebut mana saja infotainment binaannya itu. Selesai syuting siaran langsung itu, kami berfoto ria. Tommy Tjokr

Buku Kecil, Teman Perjalanan Jarak Pendek

Awal Februari 2019, saya menghadiri acara syukuran pernikahan artis sinetron, yang belum saya kenal. Namanya Maya Yuniar. Roby Bo, teman berprofesi model iklan, berbadan tambun, kepala botak dan berkumis mengajak saya ke acara yang berlangsung di Grand Sharon Residence, Bandung. Maya Yuniar "Datang ya, bro. Hotel sudah disiapin buat lu nginep," kata Roby via Whatsapp , Jumat (1/2/2019) siang. Saya menyanggupi datang. Tapi, malam itu harus nonton pentas  Nyanyi Sunyi Revolusi,  drama kisah sastrawan Amir Hamzah yang mati dibunuh entah oleh siapa di jaman pergerakan. Sudah lama juga tidak main ke Gedung Kesenian Jakarta. Maka, malam itu saya abaikan rencana menginap di Bandung. Besok pagi saja berangkatnya, begitu pikir saya.  Nyanyi Sunyi Revolusi dihadirkan oleh Titimangsa, brand milik artis Happy Salma. Sekarang, istri putra salahsatu raja Bali ini rajin memproduksi pentas kesenian dan teater. Dari beberapa produksinya, baru kali ini saya berhasil no

Sudahkah Anda Nyanyi Lagu Wajib Pagi Ini?

Sepucuk surat imbauan resmi dari Kemenpora beredar kemarin. Surat ditujukan kepada calon penonton film di bioskop agar menyanyikan lagu wajib, lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Mengapa imbauan itu hanya di bioskop, mengapa tidak di tempat hiburan lainnya? Di kebun binatang Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, misalnya. Atau tempat hiburan umum yang lebih privat, tempat karaoke, panti pijat dan sejenisnya, misalnya? Mengapa lagu itu harus dinyanyikan di awal, bukan di akhir film? Imbauan itu terkesan genit semata, walau baik maksudnya. Mungkin supaya calon masyarakat penonton film di bioskop selalu sadar bahwa mereka masih bernegara dan tak lupa membawa rasa nasionalisme. Atas nama nasionalisme, jangan-jangan imbauan itu muncul karena Kemenpora baru sadar, bahwa jumlah film impor jauh lebih banyak dari film Indonesia. Itu sangat telat!  Sebab, perbandingan kuoata film yang diatur UU No 33 tahun 2009 tentang Perfilman adalah 60:40 (film Indonesia vs film Impor). Tapi, y