Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Neta S Pane, Kapolri Swasta Pejuang Kemanusiaan

JJJ J Jangan tertipu pada penampilan. Nasihat lama itu diingatkan oleh Neta Saputra Pane, ketika pada suatu hari kami ngobrol seperti biasa diselingi ngopi di markas Kandang Ayam. Saya pendengar baik celotehnya, juga celoteh abang lainnya yang berkisah semasa jadi jurnalis muda era 1980an. Cerita sangat mudah melompat ke isu politik terkini dan lainnya. Tak membosankan! Maklum, saya junior di komunitas para "suhu" wartawan ini. Pas mereka lagi "galak-galaknya" di lapangan, saya baru belajar mengoreksi tulisan para wartawan di koran "Terbit" tahun 1991. Dari cerita mereka, saya mendapat informasi "A1" soal media, organisasi pers, dan lainnya. Obrolan sore biasanya berlanjut di warung makan terdekat sampai malam.  Saya mengenal Neta Pane (tapi Neta tak kenal saya, menyedihkan ya?) tahun 1993 ketika dia Asisten Redaksi Pelaksana di koran sore milik H Harmoko itu. Sekelebat saya melihatnya, tapi tidak sempat ngobrol. Lalu kami bertemu di Kandang Ayam

Berenang ke tepian Presiden Republik Ikan

Seperti kebanyakan nelayan dan wisatawan di perairan Pantai Pangandaran, Jawa Barat ketika melihat Susi Pudjiastuti mantan menteri fenomenal itu, adalah minta izin berfoto bersama. Saya pun begitu. Cekrek!. Banyak pantai di negeri ini saya kunjungi dan renangi. Rasanya rugi dan penasaran jika bepergian atau dinas ke daerah dekat pantai tanpa merasakan asinnya air laut setempat. Berapa pastinya, entahlah. Tapi saya pernah mandi di Pantai Nirmala (kompleks Hotel Nirmala) dan Pantai Pulau Rasi di Biak-Numfor, Papua. Warna air laut (juga ikannya) di wilayah Teluk Cendrawasih ini menawarkan kegelisahan yang unik. Tak salah jika ada yang menyebutnya sebagai salahsatu surga. Surga lainnya ada di Pulau Bokori Kendari, Sulawesi Tenggara. Saya datang ketika komunitas penyu yang dulunya berkoloni di sana hijrah entah kemana. Syahdan, Pulau Bokori merupakan tempat hewan laut penyu beranak-pinak. Suku Bajo penghuni pertama pulau kecil itu menyebut penyu sebagai "Boko", lalu "ri&qu