Langsung ke konten utama

Wisata Kelana "Glamping Lakeside" Rancabali

Hembusan angin dan gerimis pukul 04.30 WIB hari itu seperti menampar-nampar terpal dinding tenda (dome) tempat saya dan beberapa teman bermalam. Situasi itu memaksa kami terbangun satu persatu. Di layar smartphone saya lihat suhu udara "10 derajat Celcius".

Tenda berkapasitas huni 12 orang itu berukuran cukup luas sekitar
12 m x 10m. Di dalamnya terdapat 4 kasur yang cukup besar, bantal dan selimut. 

Tenda yang saya huni adalah satu dari 8 tenda di tepi danau Desa Rancabali, Bandung, Jawa Barat. Kawasan ini dikenal sebagai destinasi wisata Glamping (Glamourous Camping) Lakeside Rancabali.

Meski berupa tenda, fasilitasnya setara hotel bintang tiga bahkan bintang lima. Itulah mengapa tempat ini dinamakan kawasan wisata kelana (nomadic tourism).

Lokasinya jauh di pelosok gunung, jauh dari keramaian, menyatu dengan alam yang masih asri dan perawan.


Jika malam dan langit sedang cerah, bintang terlihat dekat. Di sisi lain, terlihat siluet gunung seperti menemani kami bermalam selain kudapan jagung, kacang dan ubi rebus.

Jika penginap dilanda lapar dan butuh makanan, atau sekadar iseng mengisi malam dengan acara barbeque, semua bisa dipesan. Misalnya bahan mentah ikan, daging, ayam atau lainnya.

Oya, sebagian teman saya tadi sudah berjingkat-jingkat di lantai kayu menuju kamar mandi. Mereka sibuk dengan air kucuran dari mesin pemanas. Waktunya solat Subuh..

***
Rancabali berada di lingkungan pegunungan.  Sebuah danau bentukan alam menjadi ikon tempat yang juga sering disebut Danah Situ Patenggang.
Istimewanya di kawasan ini terdapat sebuah Kapal Phinisi yang "berlabuh" di hamparan perbukitan di tepi danau. Kapal ini sejatinya restoran berukuran besar yang siap menjamu selera makan para pengelana dari manca negara.


Dari daftar menu yang disodorkan menunjukkan target pengunjung adalah wisatawan dari Asia, Eropa, dan Amerika selain wisatawan lokal yang ingin menyusuri "samudera rasa" masakan tanah Pasundan atau menu lainnya.

Konsep nomadic tourism sangat terasa di sini terutama bagi mereka yang ingin mencari sensasi berkelana dan hidup di alam bebas.

Sejumlah tenda seakan menyibak hamparan perkebunan teh nan hijau permai, sejuk dan segar. Pada titik inilah aktivitas berlangsung.

Wisata kelana terbilang baru di sini, dan daerah lainnya di Indonesia untuk menyiasati minimnya fasilitas (amenitas) di daerah tujuan wisata yang menyempil diantara pegunungan di dalam lembah.
Di sini saya bisa merasakan eksotisme dan kedamaian budaya, alam yang terefleksi dalam aneka kerajinan buatan masyarakat setempat.


Bagi pengelola, nomadic tourism dapat mengurangi ekonomi tinggi dan relatif mudah dalam perawatan. Bukan tidak mungkin, menarik para pelaku industri pariwista dalam mengembangkan bisnisnya di sini.

Bagi masyarakat perkotaan yang terbiasa melihat kemacetan dan polusi, glamping adalah pilihan yang ideal. Kita menikmati suasana alam dengan nyaman dan mewah.

Di tempat ini kita menginap di tenda besar, di rumah pohon, pondokan ramah lingkungan, kubah atau tipe akomodasi unik lainnya.

Tidak seperti berkemah pada umumnya dimana pengelana membawa tenda dari rumah lalu membangun tendanya. Di sini sudah tersedia tenda, dan kita tinggal menyalakan api untuk memasak sendiri.

Ketika berkunjung ke Glamping Lakeside ini, saya bersama peserta Orientasi dan Outbound Biro Kumunikasi Publik Kementerian Pariwisata pada 1-3 Agustus 2018. Suhu siang hari berkisar 14-18 derajat Celcius.

Bandung dipilih sebagai tempat kegiatan outbound, karena berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi nomadic destination, bahkan sejumlah tempat sangat instagramable sehingga layak dijadikan digital destination tourism.

Glamping Lakeside Rancabali dibuka awal Juli 2016, langsung menjadi magnet yang sayang jika dilewati dari daftar tujuan wisata. Kondisi ini merupakan imbas dari kecenderungan masyarakat pengguna internet di Indonesia.

Seperti dilanair We Are in Asia (27/02/2017), menyebutkan Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki pengguna internet terbesar di dunia.

Dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat kenaikan sebesar 51 %. Pertumbuhan tersebut mengacu pada pengguna media sosial seperti Instagram dan Facebook. Sedangkan untuk ecommerce, perputaran uang di sektor ekonomi digital melalui transaksi jual beli mencapai Rp74.6 triliun.

Fasilitas dan Harga
Ada tiga jenis tenda ditawarkan yakni Lakeside Tent Resort, Family Tent Resort, dan Family Adventure Camp.

Lakeside Tent Resort merupakan jenis tenda yang tepat berada di tepi danau yang masing-masing mempunyai halaman untuk acara api unggun dan barbeque.

Setiap tenda dilengkapi fasilitas hot water, car port, shower, smart tv, sitting toilet, breakfast, dan balcony. Jadwal chek in pukul 14.00 WIB dan chek out pukul 12.00 WIB.

Tarif Lakeside Tent Resort Rp2.007.000 (weekday) dan Rp2.308.500 (weekend), serta high season Rp2.40.400 per malam.

Jenis tenda Family Tent Resort merupakan jenis tenda dengan posisi di antara bukit kebun teh dengan pemandangan menghadap ke danau.

Tenda berkapasitas delapan orang ini tarif per malam Rp2.760.000 (weekday), Rp3.174.000 (weekend), dan Rp3.312.000 (high season).

Dan Family Adventure Camp adalah jenis Dome Glam Camp di antara kebun teh dengan pemandangan menghadap danau.

Tarif per malam tenda ini Rp1.200.000 (weekday), Rp1.380.000 (weekend), dan Rp1.440.000 (high season).

Di kapal Phinisi yang dijadikan sebuah restoran ini juga menjadi tempat untuk melihat pemandangan disekitar pegunungan dan Danau Situ Patenggang.

Untuk mencapai restoran ini, sebuah jembatan gantung sejauh 100 meter merupakan jalan alternatif yang cukup menyalakan semangat berpetualang.

Jembatan gantung ini berkapasitas tak lebih dari 10 orang.  Wisatawan bisa memanfaatkan waktu swafoto dengan latar belakang kapal Phinisi besar dikelilingi perkebunan teh dan Danau Situ Patenggang.

Jika liburan nanti, perlu mencoba kawasan yang bikin greget ini bersama keluarga atau kolega. **

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Night Bus: Malam jahanam sepanjang jalan

Perjalanan menuju kota Sampar malam itu berubah mencekam. Bus yang dikemudikan Amang dipaksa berhenti di setiap pos pemeriksaan di jalur konflik bersenjata. Beberapa penumpang tewas termasuk sang sopir, saat bus dikepung separatis Samerka (Sampar Merdeka). Bagudung, sang kernet berhasil membawa lari bus dari kepungan saparatis yang keji diketuai Jenderal Basir. Tak satupun penumpang mengira akan menghadapi kekacauan tersebut. Bus malam berisi setengah dari kapasitas kursi. Ada Yuda seorang wartawan (diperankan Edward Akbar), Umar orang kaya di kampung (Torro Margens), pengamen tunanetra (PM Toh), anggota LSM, seorang penyusup misterius, nenek Nur dan Leyla cucunya, gadis Annisa dan pemuda pacarnya, serta seorang perempuan yang kemudian diketahui sebagai korban konflik; ayahnya dibunuh dan dia sendiri diperkosa secara massal.     Film Night Bus dikupas bergaya thrailler yang menegangkan oleh sutradara Emil Heradi. Suguhan cerita, terutama faktor sulitnya syuting di ruanga

Mendadak ditelepon sutradara film

Sore menjelang maghrib, Selasa (21/3/2017) sebuah pesan Whatsapp bertengger di  handphone  android saya. Terbaca tiga baris pesan: Pak? / Ini Hanung/ Aku bisa telf?/ Saya ragu, apa benar si pengirim pesan sutradara film terkenal itu, atau orang iseng yang mau praktik cyber crime ? Tapi terlihat dari profile foto WA-nya memang dia!. Kemarin, saya menemuinya di Djakarta Theatre di peluncuran trailer dan soundtrack “Kartini”, film yang disutradarainya. Secara khusus, saya berniat mau bertanya soal IBOS. Sejak wawancara pertama tahun 2004 untuk program apresiasi Festival Film Indonesia di TVRI, dan satu frame di acara talkshow Festival Film Jakarta 2006 di JAK-tv, saya tidak intens berkomunikasi meski sesekali bertemu. Nomer kontaknya pun saya tidak punya.  Ada beberapa wartawan di sana. Tapi saya duduk-duduk di tempat agak berjarak dengan kerumunan. Menunggu sampai wartawan selesai bertanya dan saya akan hampiri Hanung. Hampir sejam dia dikepung wartawan, belum

Murka tetua adat Kampung Melo, Manggarai-NTT

Rumah adat Melo milik tetua adat, Yosep Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki pesona wisata yang terkenal hingga manca negara yaitu Pulau Komodo (Taman Nasional Komodo) dan Labuan Bajo, surga bagi penikmat wisata alam bawah laut. Selain kedua nama populer tersebut, ada kawasan yang tidak kalah memikat yaitu Kampung Adat Melo berjarak sekitar 40 km dari Labuan Bajo. Letak geografis Kampung Adat Melo berada di pegunungan dengan suhu udara antara 10 sampai 20 derajat. Kondisi ini lebih sejuk daripada suhu di NTT pada umumnya berkisar 33 hingga 34 derajat. Yosep menjaga adat hingga nanti Banyak hal menarik dari Kampung Adat Melo selain bangunan rumah panggung yang dihuni warganya. Di saat tertentu, tujuan wisata yang telah ditetapkan sebagai "Kampung Adat" ini menampilkan atraksi budaya, kerajinan tradisional tenun kain sarung, peci, tas serta makanan khas Manggarai.  Kampung Adat Melo berada persis di Desa Liang Ndara, K