Sebelum mengurus sendiri perpanjangan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) mobil pada Senin (22/1/2018) siang, saya masih punya anggapan bahwa pola pelayanan di tempat itu dikuasai oknum calo (cabang loket) .
Ternyata saya keliru. Jika persyaratan baku sudah lengkap (fotocopy dan asli KTP, STNK, dan BPKB) maka petugas sekuriti di front office akan membantu menyusun berkas-berkas yang kita bawa tersebut serta informasi lainnya, tanpa ada calo di sekitarnya.
Pernah di masa lalu, saya senewen dan nyaris stress saat mengurus perpaniang STNK motor di kantor Samsat Jl Daan Mogot, Jakarta.
Bagaimana tidak, jika petunjuk dan info persyaratan tak jelas ada dimana. Keberadaannya sangat menantang adrenalin dan gelap.
Kondisi itu membuat saya berimprovisasi saat menyusun berkas persyaratan yang jadi "rintangan" yang tak kalah menggetarkan.
Jika kita salah menaruh letak fotocopy satu berkas saja, misal STNK di bagian bawah KTP atau sebaliknya maka hal itu bisa mempersulit hidup kita. Persyaratan itu bisa dianulir, tanpa kita diberitahu bagaimana memperbaikinya. Harus cari info sendiri.
Wajah kita saat itu dijamin jadi nampak bego dan murung. Nah, kebingungan kita akan "terbaca" oleh para calo untuk menawarkan jasanya.
"Sini saya bantu. Bikin apa pak?" begitu calo menyapa saya yang sudah mbludrek karena harus antre panjang sejak pagi. Tapi sesampainya di depan loket, harus mengulangi dari awal.
Karena tidak mau berurusan lebih lama, jalan paling tepat adalah meminta jasa calo untuk mengurusnya.
Setelah berbisik menawar harga dan terjadi kesepakatan maka dia menjalankan "tugas rahasianya".
Oya, walaupun saya klien-nya tetap tidak diberi hak untuk mengerti menyusun berkas yang benar. Saya yakin dia juga tidak akan membuka rahasia dapurnya pada kliennya.
Menutup atau menyamarkan informasi adalah ladang usahanya. Kalau saya tahu cara menumpuk berkas dengan benar, hilanglah mata pencahariannya.
Dalam posisi terjepit oleh waktu juga rasa jengkel karena merasa "bodoh" dalam mengisi formulir dan menyusun berkas, saya harus memberikan acungan jempol, ucapan terimakasih dan sejumlah uang kepada calo.
Andai saya guru besar perguruan tinggi ingin rasanya memberi nilai summa cum laude atas prestasi calo yang berbakti kepada banyak orang. Tetapi itu suasana dulu banget..
***
Perspektif saya tentang pelayanan STNK di kantor Samsat berubah 180 derajat ketika mengurus perpanjangan STNK mobil di kantor Samsat di Jalan Ahmad Yani, Bekasi.
Sebenarnya saya agak malas dan sedikit trauma mengurus sendiri pembayaran pajak mobil pribadi.
Biasanya saya ke tempat jasa pengurusan SIM, STNK, Balik Nama, dan lainnya di dekat rumah. Datang pagi atau siang, maka surat itu sudah bisa diambil malam hari atau besok paginya. Praktis, tidak membuang waktu dan tenaga juga biaya
Kemarin itu, saya sempatkan mengurus sendiri ke STNK karena sudah telat sebulan dari tenggat waktu pembayaran, yang artinya akan kena denda. Hal itu ada peraturannya.
Saya juga penasaran mau melihat update suasana di Samsat. Tapi memang kebetulan lagi bokek, jadi harus irit.
Kantor Samsat yang saya datangi terletak di Jalan Ahmad Yani, seberang Gedung Olahraga (GOR) Bekasi yang megah.
Saya memarkir mobil di GOR seperti juga masyarakat lain yang mengurus perpanjangan surat mobil mereka. Sebab tak ada tempat parkir mobil di kantor Samsat kecuali untuk kendaraan roda dua.
Berkas persyaratan sudah saya siapkan. Tapi susunannya acak. Saat masuk gedung, petugas berseragam sekuriti yang bertindak sebagai resepsionis bertanya ramah. Lalu saya serahkan berkas-berkas yang belum tersusun.
Dengan cepat petugas ini menyusun dan mengikatnya dengan steples, kemudian menyerahkan kembali kepada saya untuk dibawa ke bagian loket pendaftaran. Di dalam ikatan berkas itu ditempeli nomer antrian daftar.
Siang itu saya sebetulnya nyaris putus asa, karena jam 12 siang (saat istirahat), baru sampai di Samsat. Bayangan saya, pasti dapat nomer antrian terakhir dan prosesi 'ritual' akan selesai sore.
"Masih buka sampai jam 14.00. Tidak sampai sejam kok, langsung jadi," kata sekuriti tadi sebelum saya tinggal ke loket pendaftaran. Jam menunjukkan pukul 13.00 WIB.
Ruangan di gedung yang cukup luas itu sangat sepi antrian. Hanya ada lima orang termasuk saya. Setelah menyerahkan berkas ke petugas berpakaian seragam polisi, saya diminta duduk menunggu dipanggil nanti.
Kursi-kursi di ruangan itu tampak masih baru semua. Jumlahnya tidak sempat saya hitung, mungkin sekitar dua ratus kursi, yang setiap tiga kursi dijadikan satu. Bagian kaki kursi masih diselimuti plastik setipis ari warna hijau.
Belum sempat saya hitung jumlah kursi, petugas lainnya di loket yang dibuat terbuka (tanpa sekat) itu memanggil nama saya. Artinya, STNK perpanjangan sudah jadi.
Wah, mantap. Prosesnya tidak sampai satu jam.
Dengan pelayanan yang terbuka, cepat, transparan dan informatif ini saya nyaman membayar pajak kendaraan. Pelayanan model ini juga saya rasakan ketika membuat paspor di kantor Imigrasi di kota yang sama.
Semoga pelayanan umum di kota-kota Indonesia lainnya juga seperti di sini. Eh, di Samsat Daan Mogot Jakarta apa kabarnya ya? Apa masih seperti dulu? **
Senin, 22 Januari 2018
Ternyata saya keliru. Jika persyaratan baku sudah lengkap (fotocopy dan asli KTP, STNK, dan BPKB) maka petugas sekuriti di front office akan membantu menyusun berkas-berkas yang kita bawa tersebut serta informasi lainnya, tanpa ada calo di sekitarnya.
GOR Bekasi (tis) |
Bagaimana tidak, jika petunjuk dan info persyaratan tak jelas ada dimana. Keberadaannya sangat menantang adrenalin dan gelap.
Kondisi itu membuat saya berimprovisasi saat menyusun berkas persyaratan yang jadi "rintangan" yang tak kalah menggetarkan.
Jika kita salah menaruh letak fotocopy satu berkas saja, misal STNK di bagian bawah KTP atau sebaliknya maka hal itu bisa mempersulit hidup kita. Persyaratan itu bisa dianulir, tanpa kita diberitahu bagaimana memperbaikinya. Harus cari info sendiri.
Wajah kita saat itu dijamin jadi nampak bego dan murung. Nah, kebingungan kita akan "terbaca" oleh para calo untuk menawarkan jasanya.
"Sini saya bantu. Bikin apa pak?" begitu calo menyapa saya yang sudah mbludrek karena harus antre panjang sejak pagi. Tapi sesampainya di depan loket, harus mengulangi dari awal.
Karena tidak mau berurusan lebih lama, jalan paling tepat adalah meminta jasa calo untuk mengurusnya.
Setelah berbisik menawar harga dan terjadi kesepakatan maka dia menjalankan "tugas rahasianya".
Oya, walaupun saya klien-nya tetap tidak diberi hak untuk mengerti menyusun berkas yang benar. Saya yakin dia juga tidak akan membuka rahasia dapurnya pada kliennya.
Menutup atau menyamarkan informasi adalah ladang usahanya. Kalau saya tahu cara menumpuk berkas dengan benar, hilanglah mata pencahariannya.
Dalam posisi terjepit oleh waktu juga rasa jengkel karena merasa "bodoh" dalam mengisi formulir dan menyusun berkas, saya harus memberikan acungan jempol, ucapan terimakasih dan sejumlah uang kepada calo.
Andai saya guru besar perguruan tinggi ingin rasanya memberi nilai summa cum laude atas prestasi calo yang berbakti kepada banyak orang. Tetapi itu suasana dulu banget..
***
Suasana Samsat Bekasi. (tis) |
Perspektif saya tentang pelayanan STNK di kantor Samsat berubah 180 derajat ketika mengurus perpanjangan STNK mobil di kantor Samsat di Jalan Ahmad Yani, Bekasi.
Sebenarnya saya agak malas dan sedikit trauma mengurus sendiri pembayaran pajak mobil pribadi.
Biasanya saya ke tempat jasa pengurusan SIM, STNK, Balik Nama, dan lainnya di dekat rumah. Datang pagi atau siang, maka surat itu sudah bisa diambil malam hari atau besok paginya. Praktis, tidak membuang waktu dan tenaga juga biaya
Kemarin itu, saya sempatkan mengurus sendiri ke STNK karena sudah telat sebulan dari tenggat waktu pembayaran, yang artinya akan kena denda. Hal itu ada peraturannya.
Saya juga penasaran mau melihat update suasana di Samsat. Tapi memang kebetulan lagi bokek, jadi harus irit.
Kantor Samsat yang saya datangi terletak di Jalan Ahmad Yani, seberang Gedung Olahraga (GOR) Bekasi yang megah.
Saya memarkir mobil di GOR seperti juga masyarakat lain yang mengurus perpanjangan surat mobil mereka. Sebab tak ada tempat parkir mobil di kantor Samsat kecuali untuk kendaraan roda dua.
Berkas persyaratan sudah saya siapkan. Tapi susunannya acak. Saat masuk gedung, petugas berseragam sekuriti yang bertindak sebagai resepsionis bertanya ramah. Lalu saya serahkan berkas-berkas yang belum tersusun.
Dengan cepat petugas ini menyusun dan mengikatnya dengan steples, kemudian menyerahkan kembali kepada saya untuk dibawa ke bagian loket pendaftaran. Di dalam ikatan berkas itu ditempeli nomer antrian daftar.
Siang itu saya sebetulnya nyaris putus asa, karena jam 12 siang (saat istirahat), baru sampai di Samsat. Bayangan saya, pasti dapat nomer antrian terakhir dan prosesi 'ritual' akan selesai sore.
"Masih buka sampai jam 14.00. Tidak sampai sejam kok, langsung jadi," kata sekuriti tadi sebelum saya tinggal ke loket pendaftaran. Jam menunjukkan pukul 13.00 WIB.
Ruangan di gedung yang cukup luas itu sangat sepi antrian. Hanya ada lima orang termasuk saya. Setelah menyerahkan berkas ke petugas berpakaian seragam polisi, saya diminta duduk menunggu dipanggil nanti.
Kursi-kursi di ruangan itu tampak masih baru semua. Jumlahnya tidak sempat saya hitung, mungkin sekitar dua ratus kursi, yang setiap tiga kursi dijadikan satu. Bagian kaki kursi masih diselimuti plastik setipis ari warna hijau.
Belum sempat saya hitung jumlah kursi, petugas lainnya di loket yang dibuat terbuka (tanpa sekat) itu memanggil nama saya. Artinya, STNK perpanjangan sudah jadi.
Wah, mantap. Prosesnya tidak sampai satu jam.
Dengan pelayanan yang terbuka, cepat, transparan dan informatif ini saya nyaman membayar pajak kendaraan. Pelayanan model ini juga saya rasakan ketika membuat paspor di kantor Imigrasi di kota yang sama.
Semoga pelayanan umum di kota-kota Indonesia lainnya juga seperti di sini. Eh, di Samsat Daan Mogot Jakarta apa kabarnya ya? Apa masih seperti dulu? **
Senin, 22 Januari 2018
Komentar
Posting Komentar