Langsung ke konten utama

Tugas untuk Indonesian Movie Week di Kroasia

Surat undangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Zagreb, tiga bulan silam, saya terima sukacita.

Surat berkop lambang burung Garuda itu berlapis empat, tentang rencana Indonesian Movie Week pada 2-10 Juni 2017 di Kroasia.

Undangan belum dilengkapi rundown, film peserta juga nama-nama delegasi, kecuali ittinerary yang bersifat umum.

Adalah Bambang Drias, sutradara film yang pada pertemuan pertama kami untuk membahas  Ihwal Indonesian Movie Week, dia mengaku beberapa kali mengontak saya, tapi sulit terhubung.

Ketika kami bersua, dia menjelaskan, bahwa IMW yang digagasnya itu mendapat respons dari KBRI Zagreb. Dia menerima mandat dari pihak KBRI Zagreb untuk membentuk pelaksana acara.

Bambang merasa tak dapat bekerja sendiri, selain karena dia sudah punya jadwal syuting film terbarunya pada Juni 2017.

Atas alasan tersebut, sutradara film Erau di Kota Raja, Gending Cinta di Tanah Turki, dan Promise itu meminta saya menggantikan tugasnya di IMW Kroasia.

Pemetaan tugas pun dibuat sambil jalan, mengingat tak banyak waktu untuk diskusi panjang. Tugas saya itu antaranya menghubungi produser film, mengumpulkan materi film yang akan dibawa (artinya saya harus lakukan kurasi), juga siapa saja sineas dan artis, serta wartawan yang akan diberangkatkan.

Rapat dan pertemuan pertama kami di Gedung TIS (kok seperti inisial nama saya ya?) Tebet pada akhir Maret 2017. Beberapa orang yang hadir antaranya produser Gending Sriwijaya, Dhoni Ramadhan dan wartawan Bobby.

Bambang menyampaikan pelimpahan tugasnya kepada saya secara lisan.

"Selanjutnya nanti saya serahkan ke Bang Imam untuk mengkoordinir, jadi ketua panitia pelaksana IMW ini,” ujar Bambang.

Sejak pertemuan itu, intenstas kami bertemu meningkat. Banyak tanggal merah di bulan April-Mei mengganggu kinerja kami dalam berkomunikasi dengan KBRI Zagreb.

Bagi saya, tugas ini tidak sederhana. Terbayang, apa yang harus dilakukan. Tetapi juga bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Tugas ini sangat menantang. Seperti biasanya, saya tidak mempersoalkan kontrak kerja. Artinya, saya lakukan kesepakatan saling percaya gentlement agreemen. Tanpa hitam di atas putih pun bisa saya lakukan tugas, jika saya yakin berdasarkan feeling bahwa dia tidak akan melarikan diri. Tapi, di UIA feeling saya gak bagus.

Dengan mengerjakan tugas ini, maka menambah pengalaman dan referensi liputan event perfilman yang pernah saya terima, seperti liputan Festival Film Cannes (2011), Hongkong Filmart (2011), dan pameran lokasi syuting film di Los Angeles (2012). 

Bahwa rezeki sudah diatur, itu tak bisa dibantah. Tugas ini juga rezeki. Prinsip ini yang membuat saya selalu santai dan happy menikmati hidup.

Bahkan, ketika ditinggal banyak rekan seprofesi yang dilanda euphoria saat menjadi panitia dan juri Usmar Ismail Awards 2017.

Rezeki juga tidak hanya berupa uang, tapi juga kesehatan yang prima, anak-anak, keluarga, bahkan teman baik, serta kepercayaan orang pada diri kita. 

Saat orang menganggap kita mampu, sebenarnya itulah doa dan harapan baiknya kepada kita.

Terkait dengan IMW, saya tak berhak menolak harapan dan kepercayaan dari Bambang. Sebab, rasa percaya tidak muncul mendadak, tapi melalui proses panjang. 

IMW di Kroasia menjadi kesempatan saya untuk berkreasi. Seperti juga di tahun 2016 ketika itu saya diminta (bukan meminta) jadi Ketua Bidang Humas dan Ketua Bidang Penjurian pada ajang Usmar Ismail Awards yang diadakan Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (YPPHUI) bersama Forum Pewarta Film.

Sayangnya, setelah UIA sukses digelar, saya yang dibantu belasan wartawan baik-baik, tidak dibayar. Ketika saya banyak tahu isi dapur yayasan serta kinerja pengurusnya, pada UIA kedua, saya disingkirkan.

Secara terbuka yayasan dan beberapa wartawan berusaha mencoreng nama baik saya.

Hikmah yang bisa dipetik dari kasus UIA, saya harus menjadikan itu pecut untuk tugas yang lebih besar lagi. Dan tugas besar itu adalah IMW.

Setelah sekitar 3 bulan menyiapkan IMW diam-diam, saya bisa bernafas lega. Semua siap, termasuk Rundown acara, film peserta, dan delegasi yang akan berangkat.

Prosesnya yang menyita waktu, dana, tenaga dan pikiran ini menjadi pengalaman baru. Setiap hari selama 2 bulan lebih, saya dibantu Bambang dan Dhoni terhubung ke KBRI Zagreb di Kroasia dan Kedubes Kroasia di Jakarta untuk mengurus paspor serta visa.

Kami juga mengurus tiket ke Maskapai Turkish Airlines untuk para delegasi terdiri dari artis, sutradara, produser, dan wartawan. 

IMW di Kroasia adalah acara pertama sejak KBRI Zagreb dibuka pada tahun 2010. Kroasia, Ja cu doci..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendadak ditelepon sutradara film

Sore menjelang maghrib, Selasa (21/3/2017) sebuah pesan Whatsapp bertengger di  handphone  android saya. Terbaca tiga baris pesan: Pak? / Ini Hanung/ Aku bisa telf?/ Saya ragu, apa benar si pengirim pesan sutradara film terkenal itu, atau orang iseng yang mau praktik cyber crime ? Tapi terlihat dari profile foto WA-nya memang dia!. Kemarin, saya menemuinya di Djakarta Theatre di peluncuran trailer dan soundtrack “Kartini”, film yang disutradarainya. Secara khusus, saya berniat mau bertanya soal IBOS. Sejak wawancara pertama tahun 2004 untuk program apresiasi Festival Film Indonesia di TVRI, dan satu frame di acara talkshow Festival Film Jakarta 2006 di JAK-tv, saya tidak intens berkomunikasi meski sesekali bertemu. Nomer kontaknya pun saya tidak punya.  Ada beberapa wartawan di sana. Tapi saya duduk-duduk di tempat agak berjarak dengan kerumunan. Menunggu sampai wartawan selesai bertanya dan saya akan hampiri Hanung. Hampir sejam dia dikepung wa...

Apes atau sue’ kata orang Betawi

Kita pasti punya persoalan hidup dari yang ringan sampai berat tak terangkat. Tapi, pernahkah anda alami yang dalam terminologi orang Betawi atau Jakarta lama disebut sebagai kondisi sue’ , alias apes atau sial? Inilah momen histeris yang dapat membuat 'tergila-gila’... Ini pengalaman saya. Malam sebelum tidur, lampu penerang kamar saya putus. Mau beli gantinya di toko sudah tutup. Jadi, saya putuskan beli lampu besok sambil antar istri ke pasar. Paginya, tubuh terasa segar. Karena ini hari Minggu. Kata bang Rhoma Irama harus dibawa santai. Nyok kita santai.. Jam 09.00 saya siap beli lampu + mengantar juragan mami ke pasar. Motor saya starter,  sekali injak pedal langsung hidup. Saat saya nemplok di jok motor terasa ada yang tidak beres. Saya tengok ke arah bawah belakang, ternyata ban belakang motor kempes. Pagi itu saya pergi ke penambal ban yang berjarak sekitar 1000 meter. Beres langsung jemput 'klien' di rumah.. Singkat cerita, saya dapat lampu baru dan ...

30 Tahun lebih "Nasi Lengko H Barno" Cirebon

Paket lengkap sate, nasi lengko, dan sepiring kecil tahu gejrot yang siap disantap. (foto: tis)  Tigapuluh tahun berlalu, kedai kuliner Nasi Lengko milik Haji Barno tidak berpindah tempat juga tidak merubah racikan bumbunya. Itulah mengapa tempat ini sangat mudah ditemui, dan akrab kepada para pengelana rasa, khususnya pemuja kuliner lokal dari berbagai kota lainnya. Kesempatan pertama saya mencicipi nasi lengko H Barno pada Minggu (19/11/2017) ketika bersama rombongan JK Mania (penggemar Judhi Kristianto Records) dan enam wartawan musik era tahun 80-an plus Wahyu OS (pencipta lagu "Senandung Doa" yang kini berbisnis pertanian)  diajak berkeliling  kota Purwakarta, Subang hingga Cirebon. Kami merasakan sensasi berada di perkebunan buah naga dan durian sampai kulineran di kota kelahiran produser rekaman berusia 81 tahun itu. Para wartawan senior itu adalah Dimas Supriyanto, Alex Palit, Amazon Dalimunthe, Agusblues, Ary Sanjaya dan Herman Wijaya. Saya paling j...